Gambar Metode waterfall
Metode ini bisa disebut juga dengan clasic life cycle. Metode ini
membutuhkan pendekatan sistematis dan sekuensial dalam pengembangan perangkat
lunak , dimulai dari tingkat sistem dan kemajuan mulai analisis, pengkodean,
pengetesan dan pemeliharaan.
1. Kelebihan
metode waterfall.
Metode
ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong “klasik”. Selain itu,
metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik.
2. Kekurangan
metode waterfall.
a. Pada
kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori, iterasi
sering terjadi menyebabkan masalah baru.
b. Sulit
bagi pelanggan untuk menentukan semua kebutuhan secara eksplisit.
c. Pelanggan
harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain
sudah selesai. Sedangkan pada tahap sebelum desain bisa memakan waktu yang
lama.
d. Kesalahan
di awal tahap berakibat sangat fatal pada tahap berikutnya.
3. Aktivitas
dalam metode waterfall.
a. Analisis
(Analysis).
Proses
pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke perangkat lunak. Harus dapat dibentuk
domain informasi, fungsi yang dibutuhkan, performansi dan antarmuka.
1) Metode
Periode Pengembalian (Payback Period)
Metode
ini memiliki proyek investasi dengan dasar lamanya investasi tersebut dapat
tertutup dengan aliran kas masuk. Metode ini tidak memasukan faktor bunga
kedalam perhitungannya.
Payback period dalam
suatu proyek dapat dihitung dengan suatu rumus (Suyanto, 2004) :
Payback period
= Initial Investment x 1 Tahun
Cash Flow
2) Metode
pengembalian investasi (Return Of
Investment/ROI)
Metode
pengembalian investasi digunakan untuk mengukur presentase manfaat yang dihasilkan oleh proyek dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkannya. ROI dalam suatu proyek dapat dihitung dengan suatu rumus (Suyanto,
2004) :
ROI = Total manfaat –
Total biaya x 100%
Total Biaya
3) Analisis Net Presenst
Value (NPV)
Rumus
Untuk menghitung analisis NPV adalah sebagai berikut (Suyanto, 2004)
:
NVP = - Nilai Proyek +
Proceed 1 + Proceed 2 + ..... + Proceed n
(1 + I %) 1 (1 + I %) 2
(1 + I %) n
Keterangan :
NVP = Net Present Value
I = Tingkat Bunga Diskonto Perhitungkan
n
= Umur Proyek
4) Analisis
PIECES (Performance, Information,
Economy, Control, Efficeincy, Service)
Penggunaan metode yang
digunakan dalam pelaksanaan analisis sistem adalah dengan menggunakan metode
PIECES (Wahono, 2006) yaitu : Performance, Information, Economy, Control,
Efficeincy, Service. Metode ini digunakan sebagai alat ukur untuk
menentukan sistem baru yang layak atau tidak, karena 6 aspek ini harus
mengalami peningkatan ukuran yang lebih baik dari pada sistem yang lama.
a. Performance (Kinerja)
Analisis kinerja yaitu
peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem yang baru sehingga lebih
efektif. Kinerja dapat diukur dari throughput
dan respon time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang dapat dilakukan pada
saat tertentu, sedangkan respon time adalah
rata-rata waktu yang tertunda diantar dua transaksi atau pekerjaan ditambah
dengan waktu respon untuk menggapai pekerjaan tersebut.
b. Information (Informasi)
Kemampuan sistem
informasi yang baik dalam sebuah organisasi akan menghasilkan informasi yang
akurat, relevan dan tepat waktu. Informasi yang diperolah, bias dari output, input, dan penyimpanan data atau
informasi itu sediri.
Output yang dihasilkan sistem selama ini
keakuratanya masih membutuhkan kinerja yang tinggi karena manusia tidak luput
dari kesalahan dan membutuhkan waktu yang lama. Pemasukan data tidak dapat
diproses dengan cepat dan bertumpuk-tumpuk, sedangkan untuk penyimpanan data
juga belum aman karena masih banyak yang menggunakan lebar-lembar kertas.
c. Economy (Ekonomi)
Analisis
ekonomi yaitu yang menekankan pada peningkatan manfaat-manfaat yang berupa
keuntungan ataupun penurunan biaya yang
terjadi
d. Control (Pengendalian)
Analisis pengendalian
yaitu analisis yang mendekatkan pada peningkatan sistem terhadap pengendalian
untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta
kecurangan-kecurangan yang akan terjadi.
e. Efficiency (Efisiensi)
Analisis
efisiensi yaitu analisis yang menekankan pada efisiensi oprasi.
f.
Service
(Pelayanan)
Analisis pelayanan
yaitu analisis yang menekankan pada pelayanan
yang diberikan oleh sistem. Pada sistem pelayanan pasien yang akan dibangun,
peningkatan kecepatan dalam perekapan, pengolahan, dan pembuatan laporan
merupakan tujuan utamanya.
b. Rekayasa
dan Pemodelan Sistem/Informasi (System/Information
Engeneering And Modeling).
Karena
perangkat lunak adalah bagian dari sistem yang lebih besar, pekerjaan dimulai
dari pembentukan kebutuhan-kebutuhan dari
semua elemen sistem dan mengalokasikan suatu subset kedalam pembentukan perangkat lunak. Hal ini penting, ketika
perangkat lunak harus berkomunikasi dengan hardware, orang dan basis data.
Rekayasa dan permodelan sistem menekankan pada pengumpulan kebutuhan pada level
sistem dengan sedikit perancangan dan analisis.
c. Desain
(Design).
Proses
disain mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk karakteristik yang dapat
dimengerti perangkat lunak sebelum dimaulai penulisan program. Desain ini harus
di dokumentasikan dengan baik den menjadi bagian konfigurasi perangkat lunak.
Proses ini meliputi : Pembuatan flowchart,
Data Flow Diagram (DFD) dan
Normalisasi Data.
d. Penulisan
Program (Coding).
Desain
tadi harus diubah menjadi bentuk yang dapat dimengerti mesin (komputer). Maka
dilakukan langkah penulisan program. Jika desain-nya detail, maka coding dapat dicapai secara mekanis. Perangkat
lunak yang digunakan dalam proses penulisan
program ini adalah Visual Basic6.0,
SQL Server 2000 dan Crystal report 8.5.
e. Pengetesan
(Testing).
Setelah
kode program dibuat dan program dapat berjalan, testing dapat dimulai testing
dapat difokuskan pada logika internal dari
perangkat lunak, fungsi eksternal, mencari
segala kemungkinan kesalahan, dan memerikasa apakah sesuai dengan hasil yang
diinginkan.
Dalam hal ini ada dua macam pendekatan
pengujian yaitu:
1) White Box
Uji
coba white box adalah metode yang
menggunakan struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk mendapatkan test case. Dengan rnenggunakan metode white box, analis sistem akan dapat
memperoleh test case yang :
a)
Menjamin seluruh
independent path di dalam modul yang
dikerjakan sekurang-kurangnya sekali.
b)
Mengerjakan seluruh
keputusan logika.
c)
Mengerjakan seluruh loop yang sesuai dengan batasannya.
d)
Mengerjakan seluruh
struktur data internal yang menjamin validitas.
2) Black Box
Dimana
Pengujian ini memungkinkan analis sistem memperoleh kumpulan kondisi input yang
akan mengerjakan seluruh keperluan fungsional program.
Tujuan
metode Black Box ini yaitu mencari
kesalaman pada: Fungsi yg salah atau hilang, Kesalahan pada interface, Kesalahan pada struktur data
atau akses database, Kesalahan performa,
Kesalahan inisialisasi dan tujuan akhir. Metode ini tidak terfokus pada
struktur kontrol seperti pengujian white
box
tetapi pada domain informasi.
f.
Implementasi
Meliputi beberapa kegiatan antara lain:
1) Pemilihan
dan pelatihan personil.
2) Pemilihan
tempat dan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak.
3) Konversi
sistem,
Konversi
sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoprasikan sistem baru dalam
rangka menggantikan sistem yang lama. Konversi sistem menggunakan pendekatan
konversi bertahap (Phase In Convertion)
yaitu konversi dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem yang lama
dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan
diganti kembali dengan yang lama. Jika tidak terjadi masalah, modul-modul baru
akan dipasang lagi untuk menggantikan modul-modul lama yang lain. Dengan
pendekatan seperti ini akhirnya semua sistem lama akan tergantikan oleh sistem
baru.
g. Support/Maintenance.
Perangkat
lunak harus diberikan kepada user,
mungkin ditemui error ketika
dijalankan dilingkungan user, atau
mungkin user meminta penambahan
fungsi. Pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan cara backup data secara berkala dan pengembangan sistem sesuai dengan
kebutuhan.
Daftar Pustaka
Jogiyanto. 2001. Analisis dan perancangan system. Andi Offset. Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar